Dalam dunia pendidikan, efektivitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh bagaimana suatu kurikulum dirancang. Salah satu pendekatan yang semakin populer di Indonesia adalah Backward Design. Meskipun istilah ini mungkin belum familiar bagi sebagian orang, terutama dalam konteks pendidikan di Indonesia, konsep ini telah banyak digunakan dalam studi organisasi dan mulai diterapkan dalam pengembangan Kurikulum Merdeka.
Baca juga : Merancang Program Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) yang Efektif
Backward Design adalah suatu metode yang berfokus pada penetapan tujuan pembelajaran terlebih dahulu sebelum merencanakan proses pengajaran. Pendekatan ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap langkah yang diambil dalam perencanaan pembelajaran sejalan dengan capaian yang diinginkan. Dengan demikian, hasil akhir yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih efektif.
Tahapan Backward Design
Proses Backward Design terdiri dari tiga tahap utama yang saling terkait:
1. Mengidentifikasi Capaian Pembelajaran
Pada tahap pertama, guru perlu menentukan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa. Capaian pembelajaran ini harus jelas, terukur, dan sesuai dengan standar pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Di Indonesia, capaian ini telah dirumuskan dalam dokumen Kurikulum Merdeka.
Guru memiliki tugas penting untuk memecah capaian pembelajaran ini menjadi tujuan-tujuan yang lebih kecil. Dengan cara ini, guru dapat membimbing siswa secara bertahap menuju pencapaian akhir, sehingga siswa dapat memahami dan menginternalisasi pengetahuan yang diajarkan.
Baca juga : Pengembangan Kurikulum PJOK
2. Menentukan Metode Penilaian
Setelah capaian pembelajaran ditentukan, langkah selanjutnya adalah merancang penilaian yang akan menunjukkan apakah siswa telah mencapai tujuan tersebut. Penilaian ini harus relevan dengan capaian pembelajaran dan dapat memberikan indikator kecakapan siswa.
Desain penilaian yang baik memberikan siswa kesempatan untuk menunjukkan kemajuan mereka dengan cara yang berbeda-beda. Dengan kata lain, tidak semua siswa harus menunjukkan keberhasilan dengan cara yang sama. Dengan mengakui perbedaan ini, guru dapat memberikan penilaian yang lebih adil dan akurat.
Baca juga : Memahami Filosofi Kurikulum Merdeka
3. Merencanakan Pengalaman Belajar dan Strategi Pembelajaran
Tahap terakhir dalam Backward Design adalah merencanakan pengalaman belajar dan strategi pembelajaran yang akan digunakan. Pada tahap ini, guru harus mempertimbangkan metode pengajaran yang paling sesuai untuk mencapai capaian yang diharapkan.
Aktivitas belajar harus dirancang untuk menarik minat siswa dan memfasilitasi keterlibatan mereka. Guru perlu fokus pada rancangan instruksi yang logis dan sekuensial untuk membawa siswa menuju pencapaian yang diharapkan. Dengan pengalaman belajar yang menyenangkan dan menantang, siswa lebih mungkin untuk terlibat dan termotivasi.
Baca juga : Menciptakan Keadilan Gender dalam PJOK di Sekolah
Aplikasi Backward Design dalam Pendidikan Jasmani (PJOK)
Backward Design sangat relevan dalam konteks pendidikan jasmani (PJOK). Dalam pengembangan kurikulum PJOK, guru dapat menggunakan pendekatan ini untuk menentukan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan filosofi pendidikan yang diinginkan.
Misalnya, dalam mengembangkan program PJOK, guru perlu merancang penilaian dan instruksi yang mendukung keberhasilan siswa. Dengan mengikuti tahapan Backward Design, guru dapat memastikan bahwa setiap aktivitas fisik yang diajarkan memiliki tujuan yang jelas dan diukur.
Baca juga : Paradigma Pendidikan Jasmani Inklusif
Template atau Format Backward Design
Wiggins dan McTighe (2005) mengembangkan format atau template yang dapat membantu dalam melakukan desain mundur. Berikut adalah tiga tahap dalam format tersebut:
Tahap 1: Hasil yang Diharapkan
- Tujuan Pembelajaran: Apa tujuan yang hendak dicapai?
- Pertanyaan Esensial: Apa gagasan besar yang ingin siswa pahami?
- Pemahaman yang Diharapkan: Apa saja pengetahuan dan keterampilan kunci yang harus dikuasai?
Tahap 2: Bukti Asesmen
- Tugas Kinerja: Apa saja bukti yang dapat menunjukkan capaian hasil yang diharapkan?
- Kriteria Penilaian: Dengan kriteria apa kinerja siswa akan dinilai?
Tahap 3: Perencanaan Pembelajaran
- Aktivitas Pembelajaran: Apa pengalaman belajar yang direncanakan untuk mencapai hasil yang diharapkan?
- Desain yang Menarik: Bagaimana guru dapat menarik minat siswa dan membuat mereka terlibat dalam pembelajaran?
Baca juga : Praktik Eksklusivitas dalam Pembelajaran PJOK – Dampak, Tantangan, dan Solusi untuk Inklusi di Kelas
Kesimpulan
Backward Design merupakan pendekatan yang sangat berguna dalam merancang kurikulum yang efektif dan relevan. Dengan mengikuti langkah-langkah sistematis dalam proses ini, guru dapat memastikan bahwa tujuan pendidikan tercapai dengan baik. Pendekatan ini tidak hanya membantu dalam perencanaan kurikulum, tetapi juga memberikan peluang bagi siswa untuk belajar dengan cara yang lebih menarik dan bermakna.
Dengan penerapan Backward Design, diharapkan pengembangan kurikulum di Indonesia, khususnya dalam konteks Kurikulum Merdeka, dapat semakin efektif dan menghasilkan siswa yang lebih siap untuk menghadapi tantangan di masa depan.